Hmm?. Sekali lagi icha menarik nafas panjang. Hari ini langkahnya terasa gontai. Baru saja ia berpapasan dengan faisal di koridor kampus. andai saja faisal teman biasa, tak mengapa. Masalahnya seminggu yang lalu. faisal mengutarakan niatnya. untuk melamar icha. Bukannya ia tidak suka faisal. Sama sekali bukan itu!. Memangnya siapa yg tak kenal ical? Mahasiswa berprestasi, cerdas, aktif di senat, tajir, dan cakepnya amboi? bak Keanu reeves!!?. Pokoknya modis 200% deh. Hampir semua cewek di angkatannya. adalah fansnya ical. Gilaa?. Apa beneer!? Seloroh mirna temen kuliahnya.? Iya mir? jawab ica pendek . So Whats wrong?, cincaii lah? ambil aja non! Kapan lagi, eh, Jarang loh ical suka pada seorang gadis? lanjut irma sok meyakinkan. Icha hanya melengos? yachhh irma?, ana beda dengan icha yang dulu!? lanjut icha.
Sejak itu. Icha gak pernah lagi curhat ke orang lain. Pikirnya malah tambah runyam. Wajar saja. Si Faisal yang banyak digandrungi wanita. masih saja tergila-gila dengan icha. Semua teman-temannya mafhum. Icha memang duplikatnya Dian sastro. Bedanya. Icha berjilbab. Banyak temannya yang menyayangkan. Keputusannya dulu untuk berjilbab besar. Duh icha!, dikemanain tuh rambut indah sunsilk?? ucap dini Temanya suatu hari. Duh..duh..Kasian icha! Dasar gaul..! Orang berjilbab kok dianggap aneh.. Trus gimana dong yang masih suka pake U can see! Malah lebih parah ding!. Gak pa pa..Tapi ada juga sih nilai positifnya. Boim dkk yang sejak dulu sering ngegangguin icha, dimanapun dan kapanpun. Dan jadi pelopor icha fans club. Sekarang gak berani lagi. Paling Banter kalo icha lewat. Mereka Cuma bilang, awas!!, ada ustadzah cakep lewat?. Hw…he...he…
Akhir-akhir ini icha merasa hidupnya berubah. Dari seorang remaja menjadi seorang wanita dewasa. Sebagai wanita normal dia juga tertarik pada pria. Cuma untuk gharizah an nau ini, kudu harus dikontrol, iya gak?! Sering juga sih dia ngebayangin punya keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah, lengkap dengan anak kecil yang lucu2 (duileee!) Tetapi? saat ini, icha merasa tidak sreg dengan orang yang melamarnya. Meski secara pribadi ia kenal faisal sejak SMA. Eh..Sekedar tahu aja ya?. Dulu mereka memang pacaran. Bahkan dinobatkan sebagai the couple of the year saat perpisahan sekolah. Tapi itu dulu waktu zaman jahiliyah non?, nah.. Setelah semester 2 di perguruan tinggi, hubungan mereka putus. Saat itu, icha mulai kenal dengan kajian islam. Ia pun tahu, bahwa berkhalwat dan pacaran itu hukumnya haram. Awalnya icha kenal dakwah Cuma karena sering sholat di mushollla akhwat. Trus Kenalan dengan Kak Yulia, PJ akhwat yang paling disegani disana. Bagaimana tidak disegani? Seniornya ini adalah aktivis kampus, mahasiswi teladan, dan calon dosen di Fakultasnya. Sudah banyak yang melamarnya. (Mungkin aja karena factor facenya mengingatkan orang, pada kareena kapoor. Aktris bollywood. Bikin kaum adam antree... iya Ding!. Zerius). Tetapi sering ditolak dengan halus. Alasannya klise, mo berkarir dulu. Padahal Icha tahu. Sebenarnya Seniornya itu punya kriteria khusus tentang calon pendamping. Beliau menyukai ikhwan yang pemikiran, dan perasaannya sesuai syara', begitupun Aqliyah dan nafsiyahnya. Agar mereka bisa tetap bahu-membahu dalam aktivitas dakwah… Laki2 seperti itu sangat sulit kutemui. Seperti mencari jarum dalam jerami. Kita hanya bisa berdoa & berusaha dik!. Tapi yakinlah jodoh di tangan allah. Ucap kak yulia bijak.
Sore itu icha ingin lekas pulang, kuliah pak jabir tentang ekonomi pembangunan tidak lagi menarik untuknya. Sampai dikamar. setelah sholat ashar, ia pun duduk di meja belajarnya. Masih terngiang kata2 faisal beberapa hari yang lalu. “cha, dalam waktu dekat ini orangtuaku akan datang dari Amrik. So.. gua mo ngajak beliau untuk ketemu ortumu buat ngelamar” kata ical. Saat itu ica diam saja. Ayah ical memang konglomerat yang lebih banyak di luar negeri. Perusahaannya tersebar di Indonesia. Maklum?., rekanannya Aburizal Bakrie.
Andai saja?. Andai saja kata2 ical itu didengarnya beberapa tahun lalu. saat ia masih liberal & sekuler. saat ia belum memakai jilbab besar, saat ia belum mengenal dakwah dan harakah, saat ia masih mencari jati dirinya. Mungkin ia akan menerima ical. Tapi sekarang…?
Saat ini icha merasa masih banyak yang belum ia lakukan, ia merasa masih belum siap. Tapi yang utama, ia tidak bisa menerima faisal dari segi akhlak dan kepribadiannya. Baginya lelaki yang ia dambakan adalah lelaki yang bisa mengayominya dunia dan akhirat. Ia teringat kata kak yulia, murabbinya, “mencari pendamping hidup itu tidak gampang, seidealnya lelaki adalah yang paham tentang agama, sebab dari sanalah kebahagiaan hakiki akan terpancar”. Pesan beliau suatu hari sehabis halaqah Kitab Nizhamul Ijtima'i. Hati icha senantiasa berdesir membayangkan ada lelaki seperti itu. Sebenarnya ada satu hal lagi, irfan, temannya. sesama aktivis dakwah, aktif disenat, berotak cemerlang, mahasiswa sederhana, agak pemalu.& senantiasa menjaga iffahnya. Yang ini diakui betul oleh icha. Sebab ia pernah berpapasan dengan irfan, icha pun menegurnya sebab ada keperluan, waktu itu seakan-akan ada tabir yang berada diantara mereka, sampai2 orang disekitar mereka saat itu menyangka mereka sedang musuhan. Masya allah..!!, andai saja mereka tahu, perintah menundukkan pandangan?, gumam icha dalam hati.
Sebenarnya irfan juga tidak kalah facenya. Sejak dulu sudah lama jadi pembicaraan dikalangan cewek. Masalahnya simple! Baby facenya itu yang mirip won bin. Bikin gak kuat kaum hawa, serius 100 prosen…!!
Malam itu icha tidak bisa tidur. Baru jam 1 dini hari ia terlelap. Azan zubuh membangunkannya dari pembaringan. Seketika itu ia bangkit, berwudhu, dan sholat . Dalam doanya ia bermunajat kpd allah ?ya allah! Ya tuhanku! Tunjukkanlah jalan keselamatan untukku, tunjukkanlah padaku pilihanMu, aku berlindung kepadaMu , dari hawa nafsuku, dan aku berlindung kepadamu dari keputusanku dan bisikan syaitan !!?. ungkap icha penuh khusyu.
Sebulan sejak saat itu, ia sudah terlupa, dan mulai menyibukkan diri lagi dengan aktivitas dakwah, halaqah,bersama teman-teman dimajelisnya. Menulis tulisan di mading dan membaca kitab nizamul iijtima'i fil islam mnya syekh taqiyuddin, sedikit banyak membuatnya lupa dari masalah. Baginya,aktivitas dakwah menenangkan jiwa dan perasaanya, dari rutinitas kuliah & dilema yang dihadapinya. sejak aktif dalam harakah dakwah beberapa tahun lalu, icha seakan menemukan jati dirinya. Ia tahu bahwa keberadaan manusia diatas bumi ini. bukan untuk mengejar kepuasan individu semata, tetapi juga kewajiban untuk berjamaah, dan berjuang menegakkan syariat islam. Ia tidak ingin menjadi wanita yang bodoh ditengah ummat, diperbodoh zaman, sama dengan wanita kebanyakan.ia inigin seperti aisyah ra, wanita shalihah ummul mukminin, cerminan kesucian, kehormatan, & keberanian. sekaligus mencapai karir & cita-citanya sebagai seorang ekonom.
Ayahnya sendiri punya perusahan tekstil. Meskipun tidak begitu besar, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, tongkat estafet pemimpin keluarga mau tidak mau harus diterimanya, meskipun ia wanita satu-satunya. Ibunya sendiri sudah lama tiada. Sejak ia masih SMP. Ia masih ingat ketika wawan, adik keduanya lahir. Ibunya dilarikan ke ICU. Karena perdarahan hebat. Sejak saat itu mereka hidup tanpa belaian kasih ibu. Ayahnya seorang yang bertanggung jawab. Tidak mau menikah lagi. Ia berjanji akan tetap setia pada isterinya. Ia membesarkan ketiga anaknya dengan penuh kasih sayang.
Hari itu cuaca bulan desember cukup cerah. suasana masih pagi ketika icha bersiap-siap pergi kekampus. Saat ia membuka pintu depan. Ia kaget melihat faisal sudah nankring di depan pagar. Diatas mobil opel blazernya. Ical memanggil, “Hai icha!, mo ke kampus yah...?? Yuk sama2…” sahut ical sambil memmbukakan pintu depan mobilnya, Icha tersenyum, “Ah..makasih yach, tapi ana udah janjian dengan dewi” tolak
“Icha! besok ada mashirah ke gedung DPRD, ikut yah?” ajak dewi lagi. Ketika mereka sudah diatas angkot. Icha jadi semangat, “insya allah wi, klo untuk kepentingan umat sih, no doubt, wajib!!”, ujarnya berkelakar. “ha..ha..ha..”. Mereka pun tertawa bersama sampai2 mengherankan penumpang lain.
Hari itu, setelah jam pertama. kuliah pak daus tentang ekonomi makro lagi kosong, anak2 pada riuh bersorakan, ditengah keriuhan itu, tampil irfan kedepan ruangan sambil mengambil mikrofon, “assalamualaikum wr wb”, ucapnya berwibawa. Disertai senyumnya yang khas. “Teman2 yang kami hormati. Kami dari hizbut tahrir
Keesokan paginya sejak jam 8 pagi. Halaman mesjid sudah dibanjiri oleh peserta masiroh dari segala penjuru kota. Tepat pukul 9 massa mulai bergerak menuju kedepan gedung DPRD, peserta kali ini cukup membludak, barisan ikwan didepan, disusul barisan akhwat, dan kendaraan bermotor di belakang, hari itu peserta mencapai puluhan ribu orang, membanjiri kota, tetapi tidak sampai memacetkan jalan raya. Panitia mashirah tampak kewalahan menjaga barisan agar tetap rapi. Ada yang bertugas dokumentasi, ada yang sebagai orator, ada yang menebar selebaran & pamflet. semuanya melebur dalam aksi, tak terkecuali irfan yang diserahi tugas sebagai orator oleh mahliyahnya, memberi semangat kepada peserta mashirah. “Allahu akbar…!!! Allahu akbar…!!!. Saudaraku sekalian!!! panasnya hari ini, tentu belum seberapa dengan panasnya api neraka, yang akan membakar kalian, jika tidak bangkit dan menentang hokum kufur, hukum sekuler. Allahu akbar…!!! Allahu akbar…!!!”. Takbir irfan. sembari membakar semangat jamaah hari itu.
Siang hari aksi dihentikan. setelah utusan peserta mashirah bertemu dengan anggota DPRD, sambil membacakan surat peryataan sikap. Tepat jam 1 siang selepas zuhur
Hari itu, Sesampai di rumah icha merasa sangat kelelahan sampai-sampai tidak mendengar suara bik inah. Wanita separuh baya yang sudah lama ikut dirumahnya. dari luar kamar membangunkannya. “icha..icha…!!, bangun ada telepon”, ujar bi inah, “dari siapa bi!?”, tanya
Terdengar suara dari seberang, “walaikum salam”, terdengar suara menimpali, “halo, ini irfan, afwan! Ukhti, ana cuman mo nyampein pesan bisa gak kita ketemu besok di mushalla??”, sahut suara dari seberang. “ada apa ya??” ujar icha diplomatis, “ada yang penting ingin ana sampaikan” lanjut irfan. sedikit memaksa. “OK deh jam 1 ba'da zuhur ya..?”, sahut icha. “OK cha? syukron. ya wass..”, ujar irfan. sambil menutup pembicaraan. Seharian itu. Icha bertanya2. Entah apa yang irfan ingin sampaikan. Esok harinya selepas kuliah terakhir. Icha bergegas ke musholla. tepat jam 1 siang, selepas sholat zuhur di musollah, satu persatu jamaah meninggalkan ruangan, icha menungggu cukup lama. sampai2 icha mengira, irfran lupa dengan janjinya.
Saat itu ia sudah mulai beranjak keluar pintu. ketika terdengar suara yang sangat dikenalnya dari balik hijab. “Assalamualikum. Afwan, ada icha di sebelah?”. Tanya suara dari balik hijab. “Wass. Iya!.... ini ana sendiri?” ujar icha. “Alhamdulliillah icha, ini irfan. Maaf terlambat soalnya ada halaqah dengan
Yah.. Malam itu, sholat tahajjud icha sangat khusyu. dalam doanya, ia bermunajat kepada allah, “Ya allah, janganlah engkau pisahkan aku dengan dakwah yang kucintai ini, sekalipun masa memintaku untuk meninggalkannya, ya allah anugerahkanlah kepadaku pasangan hidup yang engkau ridhoi menjadi pembimbingku dunia & akhirat. Dia menyayangiku dan aku pun menyayanginya. Ya Allah, Kekalkanlah kami dalam dakwah. Amin Ya rabbal alamin…”. Selesai sholat ia pun bertafakur di atas sajadah. Entah esok atau entah lusa. Ia sudah menemukan jawaban dari doanya. Ia sudah mantap dengan pilihan hatinya. Malam itu seakan menjadi saksi. atas pilihannya, dalam hati ia berkata icha, Allah menyayangimu, sangat menyayangimu… (for another icha, he still waiting for u..).
Sumber : unknown